Profil

  OTTOBIOGRAFI

Inspiring experience of my life...

Apalah arti sebuah nama,melainkan adalah sebuah doa...

Nama saya Asari, namun orang biasa memanggil Riri. Sebenarnya ini  bukan nama asli sih, Ariyanti Ratna Sari, itu dalah nama aslinya. Namun ketika saya masuk SD, ada suatu kesalahan dalam sebuah penulisan nama pada ijazah saya, dimana kesalahannya adalah menyingkat nama saya menjadi 5 huruf  yang pada akhirnya mau tidak mau saya harus mengikuti nama itu dan merubah semua berkas tentang saya dalam keluarga  menjadi nama itu. Iya, nama itu adalah Asari. Dengan nama itulah aku menapaki  anak tangga kehidupan satu persatu, tenggelam dalam problema, dan terbang tinggi dalam prestasi .Apalah arti sebuah nama? Kata sang pujangga dalam syair2 eksotisnya.

Akan tetapi paradigma saya lain dalam hal nama, nama itu adalah pedoman bagi setiap tindak tanduk kehidupan kita dan mengikuti  kita kemana pun kita pergi atau dimana pun kita berada nama akan selalu meninggalkan bekas, baik yang positif maupun negatif.Hanya karena sebuah nama kita bisa terkenal dan terbang tinggi, begitupun sebaliknya, dengan sebuah nama kita bisa terjatuh dan hina.

Karena hakikatnya, nama seseoarang akan melesat tinggi jika ia mampu mengharumkannya, dan akan terjatuh hina jika tak bisa menjaganya. Namaku sangat singkat bukan?  Hanya sebanyak 5 hurup saja, namun dengan nam inilah aku akan mewujudkan 5 mimpi ku sekaligus. Wal’asri ( demi waktu) itulah yang menjadi pecut bagiku dalam menjalani sebuah retorika hidup yang fana. Karena bagiku waktu sangat berperan penting dalam mewujudkan sebuah mimpi.Seperti kata pepatah “al-waktu casoep” waktu adalah pedang. Jangan mau dikendalikan oleh waktu, akan tetapi kita yang harus mengendalikan waktu.

 Asal usul ku dan kepribadianku...
    
       Terlahir dari latar belakang keluarga biasa saja,namun  ayah saya adalah seseorang yang taat akan agama dan keras dalam mendidik anak-anaknya terutama dalam hal keagamaan. Ibu saya adalah sosok perempuan yang rajin, pintar,cerdas, namun sedikit keras dan egois pula, sehingga melahirkan anak-anak yang berkarakter  tidak jauh berbeda dari orangtuanya.

Buktinya saya, dari beberapa pendapat teman-teman dekat saya, juga pendapat hati nurani saya  mengatakan bahwa saya berkarakter egois,keras terhadap orang lain, akan tetapi lemah terhadap diri sendiri.Maka dari itu, saya sulit mencari teman yang bisa mengerti karakter saya dan permasalahan dalam hidup.

Bagi saya, tidak ada teman sejati di dunia ini.Ketika saya ditimpa suatu masalah, saya lebih baik memendamnya,menyimpannya sendiri tanpa harus bercerita kepada orang lain.”Jika memang pada hari ini dia adalah teman saya maka esok atau lusa siapa sangka dia akan menjadi musuh saya” itu adalah prinsip saya dalam berteman.Dari beberapa pengalaman buruk saya dalam berteman, saya pernah merasakan kepahitan,kepedihan dan kehinaan. Bagi saya musuh sebenarnya adalah teman yang sealu dekat dengan saya,selalu bersama saya.

Ada suatu pengalaman yang membuat saya selalu berhati-hati dalam menjalin pertemanan.Waktu itu, saat saya masih tinggal di pesantren dan masih duduk dibangku SLTA, pada saat itu saya diberi amanat menjadi bendahara disekolah.Saya memegang 2 kewajiban sekaligus,pertama saya mengurus uang tabungan teman sekelas lalu sebagai bendahara kelas. Ketika itu,pada saat saya akan menyetorkan uang hasil tabungan ke wali kelas, uang tersebut berkurang dan tidak sesuai dengan catatan saya, uang tersebut hilang. Saya langsung menceritakan semuanya kepada beliau. Sungguh luar biasa baik hatinya, wali kelas saya tidak memarahi dan menyuruh saya untuk menggantinya, akan tetapi dia hanya berpesan untuk lebih berhati-hati lagi dan masalah uang yang telah hilang,beliau yang akan menggantinya.

Namun ketika itu, saya tetap merasa bersalah, karena tak dapat menjaga amanah dengan baik.Saya terus bersiasat mencari tersangka yang mengambil uang tersebut.Pada akhirnya, Allah memberikan petunjuk kepada saya, usut demi usut akhirnya  terbongkar sudah bahwa tersangkanya adalah teman dekat saya sendiri. Entah kenapa, dia mengakui kesalahannya begitu saja didepan saya.Ketika itu, tubuh saya gemetar,anatara kecewa,tak menyangka, itu semua bercampur  dan rasanya seperti tersambar petir dikala itu.

Semenjak kejadian itulah saya jera,lebih waspada dalam menjalin persahabatan dan pertemanan. Ingatlah pesan saya sobat ! tidak ada teman sejati atau sahabat sejati di jagat raya ini terkecuali alqur’an sebagi teman kita yang siap memberikan solusi di setiap problema hidup kita.

Tentang Habitat asalku dan keluargaku...
   
Saya lahir pada 24 November 1998, di kp Babakan, ds.Pamoyanan,kecamatan Cibinong, kota Cianjur. Ayah saya berprofesi sebagai seorang petani sekaligus pedagang, begitupun ibu saya dia adalah seoarang ibu rumah tangga yang baik dan ikut berdagang untuk meringankan beban ayah saya. Saya mempunyai 3 saudara  dan saya adalah anak ketiga dari 4 bersaudara.
      
       Kakak pertama saya bernama Dasep Zenal  Muttakin, dia pendiam, tidak suka merokok, taat agama, berbakti kepada kedua orangtua, dan pintar dalam memilah dan memilih pergaulan. Dia adalah orang kedua yang mendidik saya untuk menjaga izzah dan iffah saya sebagai seorang muslimah sesudah ayah saya. Dia sangat takut akan pergaulan diluar sana terhadap saya, namun seringkali dia meluapkan rasa takutnya dengan suatu  kefanatikan  yang seringkali membuat saya membangkang terhadapnya dikala kakak dia berniat untuk memprotek saya.

 Rani Susilawati, itu nama kaka kedua saya. Dia orangnya cantik, tinggi, kurus, putih namu sedikit cerewet. Dia adalah salah satu diary saya yang siap menampung puluhan ribu keluhan hidup dan kenikmatan hidup yang saya alami.Meskipun dia adalah kakak kandung saya sendiri, namun terkadang dia pula tidak dapat paham akan karakter saya dan tak jarang  adanya konflik antara kita.

 Mereka sangat berharga dalam hidup saya, disatu sisi ada seseorang sebagai pelindung dan sebagai tempat curahan hati saya. Dan semua itu akan saya aplikasikan dalam hal mendidik adik saya sekarang, namanya Asri  Rahmawati, dia cerdas, pandai bergaul, lucu dan dia adalah seorang atlet, dan saya berjanji pada diri saya sendiri untuk menjaga dan menjamin kelangsungan masadepannya, karena ibu dan ayah saya sudah cukup tua, saya harus segera meringankan beban mereka, mendidik,dan mengajak  adik saya  layaknya orangtua saya ketika mendidik saya kejalan yang benar.

Sebagai seorang kakak yang telah merasakan banyak kepedihan hidup dimasa kecil,saya tak ingin adik saya pun mengalaminya. Cukuplah saya, yang merasakan pahitnya masa kecil. Angan-angan yang dulu pernah saya rangkai akan coba saya luapkan padanya, dia harus mewujudkan semua impian saya, menikmati masa-masa kecil bersama teman, tanpa da beban pikiran sedikitpun,membiarkan dia berpetualang dan berekspresi dengan alam dan lingkungan.Adikku tumpuan harapanku,apapun akan saya berikan kepadanya selagi saya mampu dan saya harus berusaha untuk mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.Amiin allahumma amiin.

Pendidikan dan masa kecil ku...

Saya mulai mengecap bangku sekolah dasar pada tahun 2004 di SDN Cikangkareng 2, disana saya termasuk anak yang kurang aktif adalm bidang prestasi akademik maupun nonakademik karena saya pikir saya masih belum dapat bergaul bersama teman-teman karena masa kecil saya bisa di sebut masa kecil yang sangat suram. Sejak kelas 3 SD saya ditinggalkan ibu saya untuk pergi ke Negeri orang (Abudabi) karena faktor ekonomi keluarga kamiyang memaksa ibu untuk pergi.

Sejak itu, saya belajar memposiskan diri saya sebagai ibu rumah tangga, saya harus bangun sebelum subuh mencuci pakaian keluarga, menyiapkan makanan buat mereka, mengurus adik saya yang masih kecil, dan terkadang saking kelelahannya saya telat datang ke sekolah, saya lupa untuk sarapan dan tidak fokus dalam belajar. Sesudah pulang dari sekolah, saya tidak punya kesempatan untuk bermain-main seperti teman lainnya, saya harus pulang kerumah karena  pekerjaan rumah tangga menanti saya.
Kala itu hati saya menangis, batin saya menjerit menahan penderitaan yang tak seharusnya dirasak anak seumuran saya diwaktu itu. Tapi apalah daya, seribu keluhan terbaik pun tak akan merubah keadaan, hari demi hari saya menjalani masa-masa kecil saya dengan kesengsaraan dan kepedihan, ketika saya sedang mengerejakan pekerjaan rumah, seringkali saya menengok dari jendela rumah melihat teman-teman yang begitu girangnya bermain-main bercanda ria seakan tak ada beban dalam diri mereka, ah sudahlah saat itu saya memasrahkan diri saya kepada allah karena saya tak tahu lagi harus bagaimana.

Selama 2 tahun lamanya saya menjalani kronologis hidup semacam itu, sampai pada titik terang ketika saya menginjak kelas 6 SD, ibu saya pulang dari perantauannya, saya sangat senang amat senang saya merasa merdeka dari tumpuan beban dan kelelahan. Sejak itu ekonomi keluarga kami pun naik berangsur-angsur, ibu saya membuka toko dirumah, ayah saya bertani, berkebun, dan berbisnis.


Pendidikan dan fase kedewasaan...

Saat menginjak tingkat SLTP, saya mulai bangkit dengan sejuta semangat dan beribu harapan untuk menikmati masa sekolah,belajar,dan bermain.Saya melanjutkan SLTP di SMPN 1 CIBINONG. Pada saat menginjak bangku SLTP saya mulai aktif dalam prestasi akademik dan nonakademik.Saat itu saya banyak mengikuti beberapa organisasi seperti Pramuka,Padus,Marching Band,dan Kesenian. Saya juga lebih giat belajar lagi dan berhasil meraih juara kelas,selain itu saya mulai pandai bergaul dengan sesama melepas rasa rindu akan teman sebaya yang sejak dulu saya pendam dalam nurani saya akhirnya  saat itulah masa –masa yang saya rindukan terwujud.

Ternyata , Allah masih mendengar doa saya, Allah memberikan hidayah dan taufek kepada ku sehingga aku pun dengan instannya merubah diri menjadi siswi yang aktif dalam semua organisasi dan dalam prestasi. Dari perubahan itu, keluarga dan teman-temanku heran kepadaku ko bisa berubah secepat itu? Aku hanya membalasnya dengan senyuman, mungkin ini adalah ladang dari kesabaranku di masa kecil dulu. Aku sempat menjadi bintang sekolah saat itu, semua murid termasuk guru pasti mengenalku.
      
       Akan tetapi yang namanya hidup tak terlepas dari permasalahan,saya pikir cukuplah masalah itu di masa SD saja akan tetapi masa SMP lebih menyeramkan. Pada masa itu aku berteman dengan orang-orang yang bisa disebut nakal, dalam arti sering mengkonsumsi obat-obatan dan free sex, disitulah aku harus berjuang mati-matian melawan hawa nafsu dan memfilter pergaulan.

Sayabelajar banyak hal tentang hidup dari mereka, ternyata mereka yang pergaulannya semacam itu bukan tanpa alasan, dan salahsatu alasan mereka pun adalah broken home yang pernah saya alami dulu.Saya merasa orang yang paling beruntung dibanding mereka, karena diantara teman-teman saya yang mengalami broken home itu hanya saya yang masih dapat menjaga pergaulan dan sedikitpun saya belum pernah menyentuh apalagi mengkonsumsi barang haram.  

Sampai pada titik akhir di masa putih biru, saya pun lulus dengan nilai ujian terbaik, saya bangga? Tentu saya bangga, kebanggaan saya bukan karena mendapat penghargaan dsb. Tapi karena melihat kedua orang tua saya tersenyum kagum kepada saya sebagai anaknya.Saya bangga melihat tetesan air mata yang mengalir dari mata mereka.

Selain untuk Allah yang maha esa, saya pasrahkan semua usaha saya dan perjuangan hidup saya demi membahagiakan orangtua saya.Meskipun dulu saya sempat ditelantarkan akan tetapi itu bukan salah mereka, keadaan yang mendidik saya menjadi lebih mandiri dan tegar dengan cara merenggut masa kecil saya dan mengalihkannya ke dalam masa kepedihan dan kesengsaraan. Terima kasih pengalaman, aku banyak mengabil hikmah dari semua itu.
  
 Setelah beberapa hari paska kelulusan, saya dan orangtua mulai merundingkan program sekolah ke tingkat SLTA, ibu saya menginginkan saya untuk masuk ke SMK dengan jurusan AP, akan tetapi ayah saya lebih setuju saya masuk MA dengan alasan pendidikan agama disana lebih mendalam ujarnya. Tak lam kemudian, problem hidup menimpa saya kembali, problema ini bagaikan malaikat pencabut nyawa yang saat itupun aku tak sanggup hidup lagi dan membuka mata lagi.

Entah fitnah apa yang menimpa, sehingga pada saat itu nama baik saya dan keluarga saya tercemar. Saya tak kuat, saya tak sanggup, saya pernah mencoba hal konyol, saya pernah mencoba bunuh diri dengan cara memotong urat nadi saya menggunakan silet, namun allah masih memberi kesempatan hidup kepada saya, waktu itu saya langsung mendapat pertolongan dan perawatan dari ibu saya  sendiri.beliau mendobrak pintu kamar saya yang tadinya saya kunci dari dalam, membersihkan darah dilantai dan luka ditangan saya, setelah itu beliau menidurkan saya sambil memeluk dan mengusap-usap kepala saya dengan rasa cemas,namun tetap menyelimuti saya dengan kelembutan kasihsayangnya.

Ketika itu, saya tak dapat mengontrol emosi saya yang pada akhirnya saya mencelakai diri saya sendiri. Konyol ! iya, itu sangat konyol jika saya terlintas dalam pikiran saya sekarang. Sekitar 2 minggu lebih saya tak berani keluar kamar, makan pun adik saya yang menyediakannya tiap hari, dia mencoba menemani saya, menghibur dan merawat saya.

Tibanya allah memberikan hidayah kepada saya, terbesit rasa ingin masuk pondok pesantren dengan alasan ingin mendapat ketenangan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Akhirnya orangtua saya pun menyetujuinya dan langsung memasukan saya ke Ponpes Nurul Falah Tanggeung- Cianjur dan sambil melanjutkan tingkat SLTA di MAN 3 Cianjur. Sejak itu, berjuta hidayah dan taufek saya dapatkan, saya langsung berhijrah total dimulai dari menutup aurat dengan berhijab dan menanamkan akhlak yang baik dalam diri,mendalami ilmu agama dsb.

Memasuki dunia putih abu,disana di MAN 3 Cianjur saya mengambil jurusan IPS.saya memiliki banyak teman-teman yang baik dari berabgai penjuru daerah. Disekolah itu  saya merintis kembali jalur prestasi, dan alangkah indah rencana Allah, saya dapat menjadi juara kelas pertama, dan dapat mempertahankannya sampai saya lulus.

Tak kalah menyenangkan dengan putih biru, putih abu lebih menantang, pertemanan yang sesungguhnya, petualangan yang sesungguhnya, dan meraih prestasi dengan penuih perjuangan, menurut saya tak selamanya yang berprestasi itu pintar, akan tetapi yang pintar akan kalah dengan yang rajin, itulah yang saya rasakan.

Saya tak terlalu pintar dibandanding teman-teman yang lain, tapi saya selalu mencuri-curi waktu ketika mereka lengah disitulah saya bangkit. Sempat menjadi bintang kelas dan bintang sekolah pula di masa putih abu itu, dimana saya aktif dalam organisasi-organisani dan aktif pula dalm kelas dan prestasi nonakademik lainnya. Saya tak pernah tinggal shalat malam dan dhuha, saya juga selalu belajar ketika orang lain tidur, itulah yang saya lakukan selama masa putih abu, fadilahnya, urusan dunia tidak akan terselesaikan tanpa melibatkan akhirat, coba buktikan sendiri.

Waktu pun semakin berlalu, tibalah saya harus meninggalkan masa putih abu dan penjara suci itu yang telah membangun mental dan jiwa saya selama 3 tahun. Saya lulus dengan NIM terbesar dari kelas saya. Rasanya sangat berat meninggalkan suatu habitat yang penuh dengan taufek dan hidayah juga terdapat kedamaian batin maupun lahir didalamnya.

Selepas lulus masa putih abu, saya pun berkeinginan melanjutkan kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung,mengambil prodi Jurnalis. Iya jurnalis, saya sangat berkeinginan menjadi jurnalis, dan keinginan itu semakin kuat ketika saya memasuki dunia putih abu dan banyak berinteraksi dengan orang-orang  hebat disana yang semakin membuat saya semngat untuk mewujudkan keinginan itu.
  
Namun Allah berkehendak lain. Pada suatu hari paman saya datang kerumah untuk memberitahukan tentang program RGI dan jurusannya, dari situ saya dan orang tua pun tertarik untuk mencoba mengambil kesempatan emas itu, namun ketika itu ada suatu kendala yaitu pengunduran jadwal pendaftaran dan interview yang awalnya bulan Juli menjadi bulan Desember.

Semenjak itu, saya pun kebingungan, apa yang harus saya lakukan dirumah? Saya harus menunggu selama 6 bulan? Beribu pertanyaan menghampiri pikiran saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk merantai ke kota (Cianjur) ke rumah saudari saya dengan tujuan mencari pekerjaan sebelum masuk ke RGI.

 Problem pun kembali datang,selama 2 bulan di rumah sepupu, saya sama sekali belum mendapat pekerjaan, saya sudah berusaha melamar kesana kemari tapi Allah belum memberikan saya kesempatan untuk mendapat pekerjaan. Setelah 2 bulan lamanya di sana, saya mulai berputus asa, namun suatu ketika, saya bertemu dengan sepupu kakak ipar saya, dia mengajak saya untuk bekerja di kota Sukabumi disebuah PT dengan iming-iming gajih yang besar.

Saya pun langsung beranjak mengurus data-data saya dan amat senangnya saya pada waktu itu, saya juga sempat mengajak teman saya, tibalah waktu kami untuk pergi merantau kembali ke kota Sukabumi, saya bersama 2 orang teman dan sepupu saya, perjalanan selama 1 hari full, namun pada saat itu kami kebingungan hilang arah karena orang yang mengajak kami bekerja tidak dapat dihubungi dan sekali pun aktif itu tidak mengangkat telponnya.

Ternyata sesampainya disana kami terlantar, kami di buat tersesat dengan alamat palsu, kami keliling dari pagi sampai sore naik turun angkot dan tak kunjung bertemu dengan orang yang mengajak kami bekerja, dan alamat  PT yang dia kasih pun ternyata hanyalah alamt palsu belaka, kami terlantar dengan perut lapar dan kebingungan dikota orang yang amat jauh dari orang tua.

Bayangkan saja, ketika kita baru saja melepas seragam putih abu yang begitu menyenangkan dan ketika masuk dunia luar seketika langsung dihadang problem sebesar ini, kami di tipu beberapa juta uang hilang entah kemana yang sebelumnya dia memintanya  sebagai alasan uang muka masuk kerja.Dengan perasaan yang amat kecewa, menyesal, marah dsb,kami pun memutuskan untuk kembali pulang ke kota asal.
Kedua orang temanku pun memutuskan untuk pulang kembali ke kampung halaman, akan tetapi tidak dengan saya dan sepupu saya, saya malu untuk pulang,apa yang akan saya katakan pada orang rumah? Akhirnya saya dan sepupu saya melanjutkan perjuangan untuk tetap mencari kerja di kota Sukabumi. Allah pun mendengar doa kami dan memberikan jalan untuk kami agar dapat bertahan hidup di kota itu, kami pun mendapat pekerjaan masing-masing di tempat yang berbeda. Saya bekerja sebagai QC end line di sebuah PT Garmen, begitupun sepupu saya dia juga mendapat pekerjaan yang sama namun di PT yang berbeda.

Saya hanya mampu bertahan kurang lebih 3 bulan, ternyata bekerja di sebuah pabrik dengan iming-iming gaji yang besar itu tak seperti yang di bayangkan, disana kami seolah-olah bekerja rodi, hentakan, cacian, dan hinaan sering dilontarkan oleh leader PT itu sendiri.Bulan pertama, saya masih bertahan karena saya membutuhkan uang untuk bertahan hidup dikota itu, bulan selanjutnya, saya semakin mersakan lelahnya bekerja,saya mulai merasa tak                                                                                                                                                                                                                                                                                                   dapat melanjutkannya lagi, karena itu bukan dunia saya juga bukan fashion saya.
Ketika sampai ditepi jurang keputus asaaan, Saya pun menyerah dan memutuskan untuk pergi untuk melanjutkan study ke RGI.karena apa? Saya ingin mempunyai skill yang baik yang dapat menghantarkan saya menuju singgasana kesuksesan.

 Pada bulan Desember tanggal 27, saya mengikuti testing di RGI,di RGI saya menemukan banyak teman dari berbagai suku dan daerah. Disitulah saya merasa bahwa rencana Allah itu selalu indah dan tidak disangka-sangka.Setelah selesai mengikuti test, saya tidak pulang kembali bersama orangtua saya. Saya memutuskan untuk langsung tinggal menetap di asrama.

Meskipun hasil test belum di umumukan,namun tak tahu kenapa syaa yakin dan percaya diri bahwa saya akan lulus. Saya masuk ke Asrama 2, disana sudah ada tiga orang yang tujuan mereka juga sama untuk  langsung berdiam di asrama.Namanya Ulin Nikmah, berasal dari kalimantan namun bersuku jawa, dan Ayu Bunga dari kalimantan, serta Mutiara mustafa dari Padang.  dan alhamdulillah saya lulus dengan jurusan yang saya inginkan yaitu aplikasi perkantoran.
Cita-Cita dan Keinginan
Saya mempunyai cita-cita yang begitu tinggi, cita-cita saya ingin menjadi pengusaha ternama di bidang jual beli saham atau sebagai investor, di samping dari pada itu, saya pun ingin menjadi pemilik dari sebuah perusahaan.alasan saya ingin menjadi pengusaha ialah agar dapat berpenghasilan tinggi, dan dapat memberangkatkan haji kedua orangtua juga mengangkat harkat derajat mereka, membuat mereka bangga memiliki anak seperti saya amiin allahumma amiin.
Lain halnya dengan keinginan, dulu semasa putih abu, saya sangat berkeinginan menjadi seorang jurnalistik ternama mancanegara, karena apa? Agar saya bisa lebih mengetahui realita demi realita yang terjadi di setiap daerah maupun negara di setiap waktunya. Menjadi seorang jurnalistik, memang tak mudah, harus punya keberanian dan tekad yang kuat, mental yang kuat pula,karena mencari dan meliput berita itu membutuhkan perjuangan yang amat berat. Resikonya, jika ada suatu informasi yang melenceng dari fakta, maka seorang jurnalis harus siap menanggung resiko berurusan dengan jalur hukum karena pada dasarnya informasi itu bersifat sensitif. Profesi yang saya inginkan dalam bidang jurnalistik adalah sebagai reporter, karena saya sangat senang berpublic speaking meskipun belum terlalu mahir, tapi itulah keinginan saya, dapat menyebarluaskan informasi yang mana info tersebut di dengar seluruh dunia.saya tak bisa membayangkan jika saya menjadi reporter mancanegara yang setiap harinya keliling dunia, itulah impian terbesar saya.
Akan tetapi yang namanya keinginan terkadang selalu kita belakangkan, kita harus lebih mengedepankan mana kebutuhan dan mana keinginan.Saya akan berusaha mewujudkan cita-cita saya juga berusaha meraih mimpi saya, jika Allah tak menghendaki keduanya, maka saya akan memilih mana salahsatu profesi yang baik buat saya.
Sampai saat ini pun saya masih kebingungan atau bimbang karena apa? Saya tak tahu harus memulai dari mana? Dan mana yang harus saya perjuangakan terlebih dahulu? Wallahua’lam bissawab..


Tentang kepribadian...

Saya keturunan dari marga sunda dan beragama islam, sejak kecil ayah saya menanamkan kuat tentang ilmu agama dan menjaga betul pergaulan saya, sesekali saya salah bergaul, ayah saya langsung bertindak fisik maupun nonfisik karena mungkin takut anaknya terjerumus ke jalan yang salah. Setiap orang tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan diri yang saya dan orang lain rasakan adalah saya pandai berpublic speaking, saya memiliki jiwa pemimpin,saya cerdas dalam berargumen,pintar masak itu sebagian kelebihan yang mereka katakan. Adapun kelemahan saya ialah,berwajah jutek sehingga meninggalkan kesan bahwa saya orang yang susah bergaul dan berbaur sehingga orang lain segan terhadap saya.
Memiliki sifat egois, gampang tersinggung dan bernafsu makan yang kurang baik, iya? Iya memang nafsu makan saya sedikit buruk  makannya badan saya kurus,karena makan pun saya tak bernafsu, sesekali ketika amat lapar saya baru menghabiskan makanan akan tetapi ketika tidak sama sekali seringkali saya mengabaikan makanan yang ada.

Saya tidak dapat memaksakan makanan masuk ke perut saya, dikarenakan saya mempunyai riwayat penyakit yang sudah kronis, jika saya memaksakan untuk makan, maka seketika makanan itu akan keluar kembali dari mulut saya.
Saya mempunya riwayat penyakit yang sudah kronis, berawal sejak  kelas 2 SMA, saya mengidap penyakit yang mulanya dari gejala maag, lalu maag itu kronis dan semakin kronis merambat pada radang usus sampai sekarang, saya pun sudah berusaha menjaga kesehatan, pola makan teratur dan pola hidup sehat, akan tetapi mungkin penyakit itu telah melekat pada diri saya, apa daya kini penyakit itu sudah menyatu dalam diri saya tetapi saya akan terus berusaha untuk bisa sembuh total.
Retorika kehidupan
Saya selalu berpikir bahwa saya tak seberuntung mereka, iya mereka yang menikmati masa kecilnya dengan bebas,ceria tanpa ada beban sedikitpun.aku rindu maen petak kumpet, aku rindu jalan-jalan bareng teman, aku rindu semuanya.Namun semua itu hanya saya rasakn di dalam mimpi semata.”Masa kecilku seolah direnggut masa tua ku” itulah yang selalu menghiasi benak dan pikiranku setiap waktu. Pernah sesekali saya ingin bermain bersama teman-teman, saya pun keluar rumah untuk ikut bergabung, namun sayangnya ayah saya tak lama kemudian menjemput saya dan memarahi saya dengan alasan pekerjaan rumah belum saya kerjakan. 

Disaat itu hati saya menjerit, meronta-ronta, “ya allah... sepedih inikah masa kecilku?” engkau tak adil yaa allah. Tapi ya sudahlah, saat itu juga saya beranjak pulang dan langsung menyelesaikan pekerjaan rumah.Disamping mengurusi pekerjaan IRT, saya juga disuruh berdagang di sekolah, awalnya saya merasa malu, tapi seiring berjalannya waktu saya pun terbiasa. Saya sering di ejek, di caci, di buli dsb. Rasanya penderitaan semasa itu semuanya ada pada diri saya.
Roda kehidupan berputar, menginjak kelas 6 SD, penderitaan itu berubah menjadi kebanggan, entah dari mana asalnya, hasrat untuk bangkit dari keterpurukan pun datang, aku menjadi siswi yang aktif di kelas maupun di luar kelas, saya sering mengikuti semua lomba yang ada, organisasi seperti pramuka dsb. Saja juga berhasil meraih juara kelas dan penggapai nilai UN terbaik di sekolah itu. Dari situ, saya dapat membuktikan kepada semua orang dan keluarga, bahwa sesudah gelap pasti datang terang, dan itulah awal dari titik terang. 

Tahun demi tahun kehidupan saya meningkat lebih baik lagi juga ekonomi keluarga saya alhamdulillah meningkat.
Saya sebagai tumpuan harapan dikeluarga, karena apa?  Karena saya adalah anak satu-satunya yang berhasil menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SLTA, kakak pertama saya hanya samapai pada tingkat SLTP, dia lebih memilih bekerja dibanding sekolah lagi, begitu halnya dengan kakak yang kedua, mungkin Allah telah mempertemukan dengan jodohnya, sehingga selepas SLTP dia langsung menikah. Lalu adik saya yang pada saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekarang sudah menduduki bangku SLTP.Dulu, saya sangat nakal, dulu saya tak berhijab, tak menutup aurat sepenuhnya, suka bermain-main dsb. Mungkin itu efek dari betapa lamanya saya dikekang oleh jeruji penderitaan di masa kecil yang mengakibatkan saya berontak di waktu remaja.Namun dunia nakal itupun tak berlangsung lama, menginjak tingkat SLTA saya di hijrahkan oleh Allah swt dan orangtua saya untuk tinggal di penjara suci dan memperbaiki diri.

Sewaktu tinggal di pondok, ada suatu pengalaman yang menurut saya pribadi sangat memalukan namun berefek besar bagi kemajuan hidup saya. Menginjak kelas 2 SMA saya pernah mendapat masalah yang menyangkut pencemaran nama baik, waktu itu saya sempat diberi amanah sebagai ketua keamanan santri putri di sana, namun hanya berlangsung beberapa minggu, saya pun di alihkan menjadi ketua kebersihan, karena apa? Mereka berpendapat bahwa saya bandel, tak pantas jadi panutan keamanan, malah saya sendiri pun belum bisa mengamankan diri sendiri apalagi mengamankan orang lain, ujar mereka. 

Ya sudah, saya ikut alur saja,lagi lagi tak lama kemudian saya pun di pecat secara tiba-tiba dari kepengurusan itu, saya tersentak, kaget, serasa disambar petir kala itu, usut demi usut ternyata ada seorang teman saya yang memfitnah saya, mencemarkan nama baik sehingga pihak pesantren tidak percaya lagi terhadap saya dan mempecat saya dari kepengurusan pesantren.
Peristiwa itu terjadi pada saat saya sedang melakukan ujian semester ganjil, hati saya hancur, pikiran saya kacau, air mata pun terjatuh tanpa di suruh, sampai pada saat sedang mengerjakan soal pun saya tidak fokus, hati saya menangis dan menjerit, ini sangat berat bagi saya di waktu itu, saya di jauhi semua teman di pesantren saya, saya merasakan semuanya sendiri.

Namun saya berusaha bangkit, saya punya allah, saya percaya allah selalu bersama hambanya.saya bangun malam lalu saya shalat dan mencurahkan semua problema hidup kepadanya.tak henti-henti air mata itu terus mengalir. Semua itu berdampak bagi prestasi saya, prestasi saya menurun i langkah, yang tadinya saya dapat mempertahankannya aka tetapi pada saat itu saya tersingkirkan, saya menjadi juara ke dua dan yang asalanya dibelakang saya menjadi didepan saya pada saat itu. Dari situ hati saya sakit, namun ingin bangkit, di semester 2 saya bangkit kembali, memungut kembali serpihan prestasi yang terbuang karena suatu permasalahn yang tak jelas, yang hanya menyiksa bathin belaka. Saya termasuk orang yanga ambisius ketika punya suatu keinginan, saya egois, ya egois, saya selalu ingin menang sendiri sebelum apa yang saya tuju tercapai.begitulah saya ketika sedang dilanda keinginan yang kuat dan membuat saya semakin kuat. 

Disamping itu, ketika mengejar suatu keinginan dunia, saya selalu melibatkan urusan akhirat di dalamnya. Dengan artian usaha yang dibarengi dengan doa. Karena ketika kita hanya berusaha tanpa diberangi doa, maka hasilnya nol besar, jika memang berhasil pun maka itu tidak menjadi pahala yang berbeda dengan usaha yang dibarengi doa. Alhamdulillah adri sekian usaha dan doa yang saya jalankan, allah mengabulkan doa saya, saya berhasil merebut kembali prestasi yang sempat terjatuh ke tangan orang lain. Akan tetapi pada dasarnya ambisi saya mencapai sebuah prestasi hanyalah untuk membuat orangtua bangga terhadapa saya, membuktikan kepada mereka yang sempat mencaci, memfitnah, dan mendzalimi bahwa semua yang mereka katakan kemarin sekarang berubah menjadi tepuk tangan akan suatu keberhasilan. Satu-satunya pembangkit semangat dalam hidup saya tak lain hanyalah kedua orangtua saya, karena ketika saya terpuruk diselimuti berbagai macam problem, mereka selalu ada sebagai pendengar, penasehat, pengarah dan penghantar doa.mereka adalah sumber kekuatan saya untuk selalu bertahan.
Ada satu pengalaman lagi yang belum saya paparkan, dimana pengalaman itu akan tetap saya kenang seumur hidup saya.                                                                                                                                                                                                                                  
  Saya pernah ditunjuk sebagai utusan dari MAN 3 Cianjur untuk mengikuti  LCC antar madrasah sekabupaten Cianjur. Saya pin menyanggupinya, namun di saat yang bersamaan, guru bidang study Geografi juga menunjuk saya sebagai utusan mengikuti olimpiade Geografi. Di situ saya sempat di bingungkan antara dua pilihan yang masing-masing punya tanggungjawab yang besar namun salahsatu jalan meraih kesuksesan prestasi nonakademi.waktu itu, saya mendatangi salah satu guru saya ibu Ricca (guru matematika) dengan harapan agar mendapat pilihan yang tepat.Saya menceritakan semuanya kepada beliau, dan jawaban beliau sangat mengejutkan, beliau berpendapat bahwa saya sebaiknya lebih memilih olimpiade geografi karena jauh-jauh hari saya sempat mengikuti testing olimpiade tersebut, sebelum akhirnya saya ditunjuk untuk menjadi command LCC. Tanpa pikir dua kali, saya mengikuti saran guru tersebut, karena selain itu, teman-teman saya juga menyarankan saya untuk memilih geografi,mungkin mereka melihat dari kemampuan di bidang tersebut lebih baik di banding di bidang LCC.pada akhirnya sya melemparkan satu amanah ke salahsatu teman saya.Fix, saya memilih geografi, dan penunjukan yang bersamaan itu terjadi sehari sebelum hari H, bayangkan saja, olimpiade sekabupaten antar MAN akan diselenggarakan besok hari, sedangkan saya belum mempersiapkan apa-apa sama sekali.Namun itu adalah tantangan bagi saya, karena yang paling sulit menurut saya adalah bukan menentukan pilihan tetapi bertahan dalam pilihan. Dalam satu hari saya mempelajari 3 materi geografi sekaligus, materi dari kelas X-XII saya benar-benar pelajari selama satu hari. Saya mendapat banyak support dari para guru maupun teman-teman saya.

Pukul 03:00 dini hari, saya terbangun secara tiba-tiba, seolah-olah ada yang membangunkan saya seketika saya lihat teman-teman sekitar belum ada yang terbangun satu pun. Saya langsung mengambil air wudhu utuk melakukan shalat tahajud dan hajat, meminta kepada allah agar olimpiade geografi besok pagi dimudahkan dan dilancarkan.setelah itu, saya kembali membuka buku satu persatu untuk saya pelajari kembali sebelum pagi hari menjemput.


Pukul 07:00, waktu pertarungan semakin dekat, dimana saya harus berjuang untuk membawa nama baik saya dan sekolah saya. Sampai pada ronde pertarungan, semua peserta masuk ruangan badan saya seketika gemetar jantung saya berdegup kencang karena baru pertama kali saya mengikuti olimpiade.
Dengan persaan takut gagal bercamour dengan cemas gelisah dsb. Saya tetap berusaha menenangkan diri saya.soal demi soal telah berhasil saya isi dengan lancar. Setelah saya keluar saya langsung dipanggil kerunag guru untuk diintrogasi mengenai kelancaran olimpiade tersebut.

Hasil olimpiade diumumkan tiga hari sesudah hari H, dan ternyata pertandingan itu belum dapat saya menangkan, saya gagal, iya saya gagal menjadi juara ke 1, namun setidaknya dengan persiapan yang hanya hari tersebut, saya sudah dapat mewakili sekolah. Saya sedikit kecewa dan malu, namun guru guru dan teman saya malah sebaliknya, mereka malah bangga terhadap saya, karena dengan persiapan satu hari tersebut nilai olimpiade saya termasuk nilai unggul namun belum dapat meraih juara 1 karena masih ada yang lebih unggul dibnading saya.
Namun tetap saja, saya merasa gagal dalam mengangkat nama baik sekolah ke tingkat provinsi. Sebagai seorang yang belum bisa menerima kekalalahan, semenjak itu saya terpuruk karena rasa kecewa yang amat dalam sampai saya jatuh sakit,saya dinasihati oleh beberapa guru supaya saya bisa bangkit kembali dan mempertahankan prestasi. Ternyata setiap guru yang mengajar dikelas saya  banyak yang memperhatikan proses belajar dan nilai saya menurun.

Sejak itu saya banyak mendapat motivasi dari beberapa guru yang sangat berpengaruh bagi diri saya. Saya pun kembali meraih prestasi dan berkarya kembali disekolah itu. Dari pengalaman itu, ada hikmah yang  dapat saya petik yaitu, kegagalan adalah awal dari keberhasilan,kita tidak akan pernah merasakan keberhasilan tanpa pernah merasakan kegagalan.



  Tentang Kisah Asmara  Di penjara Suci

Setiap remaja pasti akan mengalami fase ini, iya? Termasuk saya,berawal ketika saya mulai tinggal dibalik jeruji penjara suci. Ketika saya mulai tinggal pondok pesantren, ada suatu insan yang dikarunia rasa kagum terhadap diri saya. Iya, itu seorang laki-laki cerdas, berakhlak baik, sholeh dan ia juga sebagai ketua santri putra saat itu. Berhidung mancung,bermata sipit,berkulit sawo matang, namanya Khairul Anam.
Pada mulanya dia sempat mempertanyakan tentang saya kepada teman-teman saya, menggali informasi tentang kepribadian dan kehidupan saya, dan yang paling tidak dapat saya lupakan yaiyu ketika semua itu menjadi buah bibir yang positif dilingkungan pesantren,dikarenakan pimpinan pondok pesantren sekalipun telah mengetahui akan hal itu. Menjadi buah bibir positif karena dia adalah sosok yang dikenal baik, sholeh dan bersikap acuh terhadap perempuan, namun semenjak saya masuk pesantren itu, semuanya tentang image dia berubah, ujar salahsatu teman saya.
Saya pun heran, saya tak mengerti mengapa orang sealim dia dapat menaruh ketertarikan hatinya pada seseorang seperti saya yang pada saat itu saya belum berhijrah total dari kehidupan kelam saya. Dia menginginkan untuk kenal lebih dekat dengan saya, namun saya sama sekali tak meresponnya, karena saya merasa masih belum pantas untuk berteman atau berinteraksi dengan sosok pemuda semacam itu. Ketika itu saya malu, dan tak tahu harus bagaimana lagi. Meski banyak teman saya yang terus meracuni pikiran saya.
Seiring berjalannya waktu, dia tetap mempertahankan siasatnya, untuk berta’aruf dengan saya, dan ketika itu hati saya mendorong saya untuk sedikit merespon segala pertanyaannya tentang diri saya. Bulan demi bulan tahun demi tahun, situasi pun berubah, aku seolah punya rasa benci kepadanya, entah apa, entah karena dia telah mengusik ketenangan hidup saya atau yang lainnya. Namun disamping itu dia selalu memberi saya motivasi agama dan motivasi hidup.saya tak lebih menganggapnya sebagai kaka kelas saja.   
Sampai saya menginjak kelas XI pun dia tetap seperti itu, saya salut terhadapnya, dia mengagumi seseorang dengan ikhlas karena Allah tanpa ada sedikitpun rasa untuk memiliki,dia mengagumi saya selama 2 tahun lamanya, selama 2 tahun itu dia terus saja mencari informasi tentang saya, dia terus berusaha untuk dapat sedikit berkomunikasi dengan saya yang selama itu selalu saya acuhkan.Sungguh insan yang sabar, dia menyimpan rasa itu selama 2 tahun lamanya yang dimana dia tak pernah merasakan persaan terhadap permpuan sebelumnya. Cinta pertama! Itu yang dia katakan “kamu adalah sumber perasaan hati yang Allah karuniakan kepadaku” itu yang pernah dia sampaikan kepadaku melalui sebuah coretan penanya. Ketika itu saya benar-benar merasakan bahwa itu adalah rasa yang bersumber dari allah semata dan tanpa dipengaruhi oleh nafsu /syahwat.
Sampai pada detik-detik terakhir dia berada di penjara suci itu, ketika dia telah lulus dari sekolah sebagai juara umum pada saat itu, dia sempat mengutarakan persaan sesungguhnya kepada saya. Waktu itu, saya bertanya kepadanya,”kak, kenapa sih kakak segitu kagumnya sama aku, apa yang kakak kagumkan dari seorang Riri yang pengetahuan agamanya belum seberapa,akhlaknya masih kurang baik, dsb. Sedangkan kakak? Itu kebalikan dari kepribadian Riri.” Ujar saya dengan ekspresi wajah penuh tanya.Lalu, dengan santai dan dengan suara lembutnya dia menjawab, “sesungguhnya yang maha membolak-balikan hati manusia hanyalah  Allah swt.
  
 Saya pun seketika terkejut dan tertunduk malu. Setelah itu, dia melanjutkan pembicaraannya “Ri, rasa itu anugrah dari Allah, ketika kamu bertanya alasannya kepada mahluknya, maka kamu tidak akan pernah mendapat jawabannya.Sekalipun ada, itu hanyalah jawaban yang bersumber dari hawa nafsu syetan saja.Asalkan Riri tahu, prestasi yang saya raih selama ini syariat semangat belajarnya itu bersumber dari rasa itu Ri, rasa itu yang membuatku lebih hidup bersemangat dan lebih giat, kamu adalah salahsatu perantara Allah yang membawa ilham kepadaku”. Ujarnya lagi, dan tanpa disadari bahwa tetesan demi tetesan air mata keluar dari sudut mata saya.
Pertanyaan baginya, kembali saya lontarkan “kenapa kakak bisa seperti itu? Dengan tenangnya  memendam rasa selama 2 tahun itu? Bagaiman orang sedingin kakak bisa seperti itu? Lagi lagi dia menjawabnya dengan tegas nan jelas.”Ri, coba lihat ke langit,pandanglah langit itu” lalu dia balik bertanya “apa yang kamu lihat?” saya pun langsung berkata seketika “aku lihat langit yang gelap cuaca mendung,namun hanya ada satu bintang yang terlihat disana”.
Dia pun menanggapinya, “kamu lihat bintang itu? Berada di tengah-tengah langit yang gelap? Itulah analoginya Ri, itulah rasa yang kakak simpan sejak dulu sampai sekarang, tak nampak orang tetapi rasa itu sungguh sangat besar nan tulus, langit itu gelap, namun didalamnya ada satu bintang yang bersinar .langit yang gelap itu, ibaratkan kepribadianku yang dingin,jutek,acuh tak acuh terhadap semua orang termasuk kamu yang begitu aku kagumi,tetapi, asalkan kamu tahu Ri, dibalik itu ada rasa yang terpancar terang dari lubuk hati dimana hanya aku yang dapat merasakannya tanpa harus menampakannya.” Perasaan senang,sedih,terharu, salut dsb, bercampur ketika itu. Air mata tak hentinya mengalir, lalu beberapa teman saya mencoba menenangkan saya.
Sampai pada pesan terakhirnya sebelum dia pulang dan meninggalkan penjara suci itu, dia berpesan “ ingatlah, tidak akan tercapai suatu keberhasilan melainkan tanpa doa dan ridha orang tua dan sang guru” sejauh manapun kamu akan melangkah, ingatlah bekal paling penting adalah doa serta ridho orangtua dan guru”. Itulah pesan terakhirnya untuk saya.

Sampai sekarang saya masih mengenangnya akan kebaikannya, keshalehannya,kecerdasaannya dan semua keistimewaan dalam dirinya, subhanaallah itu adalah satu-satunya hamba Allah yang pernah sedikit mengusik kehidupan saya. Semoga kami dipertemukan kembali kelak dengan cara Allah yang lebih indah.
Itulah sekilas tentang problema asmara yang pernah saya rasakan dulu, alhamdulillah sampai sekarang saya masih tetap dapat menjaga izzah dan iffah sebagai muslimah, semoga saya tetap di istiqomahkan amiin allahumma amiin.



Created by : ASARI
                      









0 komentar:

Posting Komentar