Sabtu, 29 April 2017

Mengendalikan Syahwat


Al-Hawa atau syahwat adalah tabiat yang telah ada pada diri manusia yang tidak dapat dimusnahkan, karena sifat tersebut sudah tertanam pada diri manusia. Oleh karena itu manusia tidak diperintahkan oleh Allah untuk membunuh syahwatnya, karena sudah pasti itu tak akan pernah bisa. Namun manusia diperintahkan Allah untuk memimpin hawa nafsunya dengan kekuatan iman dan akal sehat mereka. Agar hawa nafsu tersebut dapat dikendalikan dan diarahkan sesuai dengan syari’at agama Allah Ta’ala. Dalam hal ini Allah Ta’ala memerintahkan kita agar menempa jiwa dan berupaya mengendalikan hawa nafsu. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala yang artinya:

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan Jiwanya dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”. (QS. An-Nazi’at: 40-41).

Maksud dari menahan Jiwa dari keinginan hawa-nafsu atau syahwat menurut Tafsir Al-Jalalain bahwa yang dimaksudkan adalah “orang yang senantiasa mengendalikan diri dari mengikuti kehendak hawa nafsunya”. Kemudian menurut Tafsir Ibnu Katsir yang dimaksudkan adalah “orang-orang yang senantiasa takut dengan Allah ‘Azza wa Jalla dan dengan ketentuan hukum-Nya”. Sehingga ia mengendalikan jiwanya (atau dirinya) dari kungkungan syahwat-nya dan berusaha untuk senantiasa taat kepada Allah Ta’ala.
Sedangkan dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan bahwa yang dimaksud orang yang menahan dirinya dari hawa nafsunya adalah orang yang menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan perbuatan yang diharamkan. Sahabat Sahal r.a., berkata: “Bahwa meninggalkan hawa nafsu adalah “kunci” pembuka pintu surga”. Berkaitan dengan ayat ini pula, Abdullah bin Mas’ud r.a., berkata: “Kalian sedang berada pada zaman dimana manusia mendahulukan kebenaran (al-Haqq) diatas hawa nafsunya, dan akan datang suatu zaman dimana manusia mendahulukan hawa nafsunya diatas kebenaran, maka kami berlindung dari zaman yang demikian”.
Sesungguhnya Allah Ta’ala menjajikan pahala dalam ayat ini bahwa bagi siapapun yang yang mampu memimpin jiwanya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya kelak.

Puasa Sebagai Perisai Jiwa

Puasa atau bahasa arabnya Shoum atau shiyam yang berasal dari kata “Shama, Yashumu, Shawman-wa Shiyaman” yang artinya menahan dan mengekang. Menurut pengertian secara bahasa saja telah tergambarkan bahwa puasa bertujuan untuk menahan jiwa dari hawa nafsu atau syahwat. Hal ini sejalan dengan Firman Allah Ta’ala surat an-Nazi’at ayat 40 diatas. Dengan berpuasa kita akan belajar dan melatih diri bagaimana upaya mengendalikan syahwat atau keinginan. Pada saat berpuasa secara lahiriyyah tampak bahwa kita menahan diri agar tidak makan dan minum, baik yang halal maupun yang haram. Sedangkan secara batiniyah, puasa akan melatih  jiwa kita agar tangguh dalam menguasai dan menahan kehendak syahwat. Oleh karena itu Rasulullah SAW menyebut puasa sebagai “perisai”, yakni perisai jiwa dari rongrongan hawa nafsu (syahwat).

Khususnya pada bulan suci Ramadhan puasa dijadikan sebagai media yang wajib dilaksanakan bagi umat islam untuk melatih jiwa dan menahan hawa nafsu. Rasulullah SAW bersabda: “Terangilah hatimu dengan lapar (puasa), terangilah jiwamu dengan lapar dan haus, ketuklah pintu surga dengan lapar pula. Dan pahala orang yang puasa itu seperti jihad di jalan Allah. Sesungguhnya tidak ada amal yang dicintai Allah selain seperti lapar dan haus. Sedangkan orang yang memenuhi perutnya tidak akan mampu memasuki kerajaan langit (surga) dan tidak pula mampu merasakan manisnya ibadah”

Ketika seorang hamba melihat dengan akalnya tanpa terpengaruh oleh hawa, maka segala sesuatu akan tampak sebagaimana hakikatnya. Namun jarang yang dapat melihat dengan cara demikian, karena hawa terlalu menguasai nafsu, dan nafsu sangat sulit untuk melepaskan diri dari kekuasaan hawa. Bahkan karena demikian tersembunyi dan sulit dipahami, maka manusia tidak dapat merasakan kehadiran hawa. Hanya orang-orang yang berakal unggul yang dapat mengetahui keberadaan hawa dalam nafsu-nya
Mereka mempertimbangkan akibatnya dengan hati-hati dan tidak gegabah. Lain halnya dengan orang-orang yang akal dan jiwanya lemah, mereka akan dikuasai nafsu hingga tak dapat berkutik. Hawa akan menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela. Namun karena hatinya telah buta, hanyut dimabuk hawa, mereka tidak menyadari berbagai keburukan yang telah dilakukannya.
Ketahuilah, melawan hawa nafsu adalah jenis perang yang paling berat. Para Rasulullah manusia pilihan yang telah memperoleh kedudukan di sisi Allah karena mereka benar-benar menjauhi semua jenis hawa nafsu. Dan Para orang yang benar selalu berpijak pada kebenaran. Sebab, kebenaran adalah lawan kebatilan. Mereka sadar benar bahwa seberapa besar mereka mendekati hawa nafsu, maka sebesar itu pula mereka menjadi jauh dari Allah. Karena itu dalam semua perilakunya yaitu makan, tidur, berbicara, dan lain-lain, mereka hanya melakukannya sebatas kebutuhan (dharuri) saja. Dalam pandangan mereka segala sesuatu yang melebihi batas kebutuhan merupakan bagian dari hawa nafsu.

Jika anda kesulitan menahan jiwa dari hawa nafsu atau syahwat, maka ingat lah Allah. Sesungguhnya Allah Ta’ala menjajikan pahala dalam ayat ini bahwa bagi siapapun yang yang mampu memimpin jiwanya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya kelak.
Jika anda masih kesulitan juga melakukan hal diatas, maka kami memiliki solusi yang insyaAllah tepat bagi anda yaitu dengan Puasa Padang Ati.
Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa puasa jika dilakukan dengan sepenuh hati tidak hanya niat yang setengah-setengah sangat baik untuk menetralisir tubuh dan menjadikan tubuh kembali sehat, bahkan penyakit mag juga bisa disembuhkan dengan puasa. Namun lebih dari itu, tahukah Anda bahwa puasa yang berefek pada seseorang yang menjalaninya bisa terasa sangat-sangat lemah, ternyata menjadikan mata batin menjadi lebih tajam?
Jika ingin otak lebih cerdas makanlah makanan bergizi, cukupi kebutuhan akan nutrisi yang diperlukan oleh otak. Selain itu cukuplan mengkonsumsi cairan agar syaraf-syaraf otak bekerja lebih lancar. Namun, terjadi kebalikannya jika berbicara tentang cara memperkuat mata hati. Puasa, atau tirakat sangat efektif untuk memperkuat mata hati.

 Sumber :http://duniajilbab.co.id/category/inspirasi-hijrah/

0 komentar:

Posting Komentar